Monday, August 25, 2008

NEGERI KAYA TAPI MISKIN

Negeri kaya tapi miskin….Itulah gambaran tanah tumpah darahku sekarang, tanah dimana aku dilahirkan, tanah dimana aku dibesarkan dan tanah dimana aku belajar tentang arti hidup dan kehidupan. Sedih hati ini bila melihat perkembangan yang ada, harta dan kekayaan alam yang melimpah didalam perut bumi maupun diatasnya seakan tidak berarti bagi masyarakat. Berapa trilyun rupiah yang dihasilkan oleh hutan disini, berapa trilyun rupiah yang dihasilkan batubara daerah ini, tapi mengapa jalan-jalan sebagai sarana mobilitas paling utama didaerah sini masih banyak yang cocok dikatakan kubangan lumpur daripada jalan..mengapa sarana pendidikan masih banyak yang bertaraf tradisional (belajar diluar ruangan dan dirumah penduduk), tidak perlu saya melihat lebih jauh kedesa-desa terpencil didaerah kota pun keadaannya sangat menyedihkan. Bangunan sekolah banyak yang reot dan bocor, itu dari segi prasarana belum lagi alat-alat kelengkapan sekolah yang saya yakin serba minim.
Seharusnya dengan kekayaan yang melimpah tidak layak rasanya melihat apa yang terjadi sekarang, masyarakat masih banyak yang bodoh dan terbelakang, yang mereka nikmati dari hasil alam hanyalah banjir dan asap yang setiap tahun selalu melanda, malah pernah terjadi dalam setahun banjir tiga kali menyusahkan masyarakat. Pembangunan yang ada hampir tak berarti bagi mereka, belum lagi krisis global yang melanda seperti kenaikan harga BBM.

Tragisnya lagi kebijakan-kebijakan pemerintah dan kepolisian sangatlah merugikan masyarakat kecil, meraka dilarang membakar lahan dan ancaman hukumannya adalah penjara, mereka tidak bisa lagi menanam padi dan lainnya karena takut akan hukuman, dan ujung-ujungnya hanyalah menambah pengangguran dan Rumah Tangga Miskin di daerah ini. Yang membuat saya sedih sebenarnya bukan petani-petani ini yang menjadi penyebab utama bencana asap yang melanda tapi juga merupakan andil dari perusahaan-perusahaan kayu yang tersebar di berbagai penjuru daerah ini, andil dari pembukaan lahan yang merupakan hutan belantara dari perusahaan batu bara didaerah ini. Masyarakat hanyalah korban dari kebijakan-kebijakan politik.
Sekarang masyarakat kecil banyak yang ditahan karena menebang kayu yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari, malah ada kejadian kayu untuk membangun jembatan disalah satu desa yang dilakukan oleh masyarakat juga ditahan pihak kepolisian dan pemiliknya diproses, padahal jelas sekali kayu itu dibutuhkan masyarakat untuk pembangunan jembatan, bandingkan dengan jutaan kubik kayu yang dibawa keluar daerah oleh perusahaan-perusahaan kayu!! Dengan nyamannya sambil lenggang kangkung mereka bernyanyi…sadarkah mereka akan semua ini??atau semua sudah dipenuhi nafsu setan akan harta dunia?? Sekedar mendirikan kantor pusat perusahaan didaerah sini saja mereka enggan karena berbagai macam alasan, padahal dengan pajak perusahaan akan sedikit membantu pemasukan daerah yang selama ini dirugikan aturan kompensasi hasil alam, itu kalau saya Cuma melihat perusahaan-perusahaan yang berbasis Jakarta, belum lagi maraknya perusahaan-perusahaan asing di daerah ini dan daerah-daerah lainnya di seluruh Indonesia, berapa banyak harta kekayaan kita yang dinikmati masyarakat luar sana, sedangkan kita? Hanya dapat ampasnya saja, itupun Cuma kalangan-kalangan elite yang bisa menikmatinya dan menambah pundi-pundi kekayaannya tanpa melihat kebawah akan penderitaan masyarakat kecil.

No comments: