Monday, August 25, 2008

ANGGOTA DEWAN YANG TERHORMAT

Fenomena yang terjadi sekarang tentang anggota dewan yang terhormat baik tingkat daerah maupun pusat sungguh bikin kita geleng-geleng kepala. Berbagai macam kasus yang dilakukan oknum anggota legislative itu sangatlah memalukan dan mencoreng harga diri bangsa. Mulai dari kasus video porno, foto yang tidak layak untuk konsumsi public sampai yang sangat menghebohkan berbagai macam kasus korupsi. Kepercayaan masyarakat terhadap anggota dewan menurun drastis, suara-suara masyarakat yang saat pemilihan dijanjikan untuk diperhatikan seakan jauh diterbangkan angin. Banyak Para anggota dewan yang terhormat seakan terlupa akan fungsi dan tugasnya. Mereka yang seharusnya menyuarakan dan memperjuangkan suara rakyat dan kepentingan publik Cuma berbicara untuk kepentingan pribadi dan kelompok.
Badan kehormatan DPR tidak berfungsi maksimal karena mereka adalah rekan sejawat dan anggapan masyarakat Indonesia adalah manusia yang ramah dan penuh dengan sifat kekeluargaan menjadi tameng dan dijadikan dasar hukum tak tertulis ,sehingga seakan tidak perduli dan tidak mau tahu akan kebobrokan oknum rekannya, ataukah malah mereka sendiri terlibat dalam lingkaran setan tersebut?? Hanya Tuhan lah yang tau dan kebenaran pasti pada akhirnya akan menang.
Kemewahan dan fasilitas-fasilitas kelas wahid yang diberikan kepada anggota dewan merupakan daya tarik yang hebat bagi semua orang untuk berlomba-lomba mencalonkan diri untuk menjadi anggota legislative, visi dan misi hebat disebarkan keseantero negeri, teriakan lantang tentang keadilan, kesejahteraan,kemakmuran, persamaan sudah lumrah kita temui di pelosok nusantara, tapi sekarang yang kita butuhkan adalah bukti. Atau haruskah anggota dewan yang terhormat ini hanya diberikan fasilitas paling sederhana?, gaji yang standard upah minimum? Karena dengan begitu hanya orang-orang yang punya idelisme dan pemikiran untuk membangun masyarakat saja yang akan tertarik, dana-dana untuk kampanye tak akan ada lagi, fungsi untuk menyuarakan aspirasi masyarakat akan lebih lantang terdengar. Tapi saya yakin wacana ini belumlah cukup, bagaimana kalau anggota KPK ikut nimbrung dalam semua rapat pembahasan anggaran dan rapat-rapat lainnya?? Kapan perlu semua rapat diadakan terbuka dan disiarkan media agar seluruh masyarakat mengetahuinya. Yah ini semua hanyalah pemikiran anak kecil yang masih hijau dan minim pengetahuan, saya yakin orang-orang hebat di pusat sana sudah memikirkan semua apa yang terbaik untuk kemajuan bangsa dan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Pada tahun 2009 ini banyak daerah melaksanakan pemilihan anggota Legislatif, tak terkecuali ditanah kelahiran ini, tapi jujur hati ini menjadi geli sekalian sedih. Wacana 30% keterwakilan perempuan yang disyaratkan dalam Undang-Undang No 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Legislatif menjadikan fenomena baru untuk merekrut kader-kader legislative. Mengapa saya menjadi geli melihat perkembangan ini? Banyak partai-partai terkurung dalam pemikiran sempit untuk mencari wakil perempuan partai mereka, kualitas dan kompetensi tidak lagi menjadi ukuran yang penting partai memenuhi 30% kader perempuan. Dan contoh nyata didepan mata saya membuat diri ini sedih, salah seorang kenalan yang bekerja sebagai penjaga kantor perwakilan Travel Perjalan ikut-ikutan menjadi caleg, katanya ditawari oleh partai dan biaya kampanye dibiayai oleh partai. Menjadi caleg adalah hak semua orang asalkan memenuhi persyaratan yang ada,entah dia asalnya dari mana, latar belakangnya apa,pekerjaan sekarang calon itu apa, yang membuat saya sedih sadarkah mereka hanya dijadikan alat?hanya dijadikan tameng dari yang namanya 30% wakil perempuan? Pada kenyataannya masih banyak partai yang menggunakan system no urut bukannya suara terbanyak sehingga suara yang mereka dapatkan mungkin akan sia-sia, dan sadarkah mereka akan beratnya tugas menjadi anggota legislative? Jangan-jangan kehadiran mereka hanya menambah cibiran masyarakat, menjadi bahan lelucon sebagian masyarakat. Sehingga tujuan untuk persamaan gender sangatlah jauh dari sasaran karena pikiran sempit dan serba instan dari partai-partai. Kulitas,kompetensi, kaderisasi terlupa karena kepentingan sebagian manusia yang sudah dipenuhi nafsu berkuasa.

No comments: