Monday, September 1, 2008

Musyawarah Desa...CAPE EUY....

Sabtu 30 Agustus 2008, sesuai rencana acara Musyawarah Antar Desa Prioritas yang merupakan salah satu tahap kegiatan Program Nasional pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Kecamatan Teweh Tengah akhirnya terlaksana. Kegiatan yang mengagendakan penentuan peringkat usulan pembangunan dari 19 desa dan 4 kelurahan di wilayah Kecamatan Teweh Tengah ini memang sangatlah menguras tenaga dan pikiran serta kesabaran, karena pada tahap inilah sebenarnya puncak dari kegiatan PNPM-MP. Perwakilan desa berkumpul untuk memusyawarahkan dan mempertahankan usulan desa masing-masing agar usulannya dapat teranggarkan dalam periode tahun 2008 ini yang dana nya sebesar 2,750 M. Kekhawatiran akan banyaknya pertentangan memang terjadi tapi syukurlah semua masih berada dalam kendali dan tidak berlanjut kearah yang lebih buruk, wajar dalam musyawarah ada pihak yang kecewa karena usulan desanya menempati peringkat menengah kebawah, tapi inilah proses demokrasi yang begitu mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan mengajarkan kita bagaimana bisa berlapang dada dan berbesar hati dalam menerima semua hasil keputusan dalam musyawarah. Segala ego, argument,bahkan hal-hal yang tidak masuk akal berbaur menjadi satu,tapi itu tak dapat disalahkan, disinilah dinamikanya masyarakat kita, berbagai macam otak dan pikiran, pola pikir dan tingkah laku membuat Musyawarah ini menjadi hidup, bahkan sering terjadi tingkah-tingkah yang bisa saya katakan menggelikan dan membuat saya senyum-senyum sendiri, bayangkan saja belum tata tertib musyawarah dibacakan sudah ada perwakilan desa yang mencantumkan nilai untuk desanya sendiri sehingga perwakilan desa lainnya akhirnya berebut untuk menulis nilai pada kolom desa masing-masing, padahal bukan begitu mekanismenya.

Dalam suatu kegiatan pasti ada hal-hal yang kurang memuaskan, dan memang ini yang saya rasakan, proses musyawarah yang saya harapkan belum sepenuhnya tercapai, perwakilan desa yang sebelumnya sudah diberitahukan untuk membawa proposal usulan masing-masing sebagai dasar mempertahankan argument akan pentingnya pembangunan di desa nya cuma segelintir sehingga dasar untuk bermusyawarah hanyalah ego dan sifat primordial masing-masing. Dan tidak sedikit pula peserta yang kurang serius dan menganggap musyawarah ini seakan ajang permainan. Tapi semua ini juga tidak dapat disalahkan karena ini lah sebenarnya potret masyarakat kita, jangankan untuk tingkat masyarakat desa yang kita tau bersama tingkat pola pikirnya, untuk tingkat mahasiswa pun masih banyak yang begitu, ajang diskusi menjadi ajang debat yang didasarkan pada ego dan rasa iseng, demo-demo yang marak banyak dijadikan sebagai sarana untuk rame-rame dan hura-hura.

Dalam musyawarah, usulan agar dana sebesar 2,75 M dibagi rata pun sangat keras terdengar, alasannya adalah keadilan dan kemerataan (ada sedikit peningkatan pola pikir ya hehe..tapi yang keras bersuara adalah kepala desa yang usulan desanya amburadul dan mendapat ultimatum dari tim verifikasi sehingga dia khawatir tidak bisa memperjuangkan usulan desannya), tapi disini kembali saya tegaskan bahwa tujuan utama program ini sebenarnya adalah pemberdayaan dan proses pembelajaran bagi masyarakat desa, program ini mengajak bagaimana masyarakat desa bisa terlibat langsung dalam pembangunan, mengajak masyarakat desa untuk berpikir maju kedepan demi kepentingan desa. Karena Satu-satunya kenyataan yang dapat dipegang ditengah-tengah situasi kemiskinan adalah bahwa manusia-manusia yang berada dalam situasi ketidakberdayaan secara terus-menerus untuk keluar dari situasi yang membelenggunya. Pemberdayaan adalah kunci keberhasilan bagi masyarakat miskin untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan. Pemberdayaan masyarakat menjadi kunci pemulihan kembali hak-hak warga masyarakat untuk bertindak secara otonom melalui beragam aktivitas belajar sosial melalui pengkayaan informasi dan keahlian teknis yang diperoleh melalui praktik-praktik secara langsung. Sebenarnya bisa saja pemerintah berperan secara langsung dalam program, tapi apa jadinya kalau masyarakat terus menerus diberi ikan, karena yang dibutuhkan untuk pembangunan jangka panjang dan pengentasan kemiskinan adalah masyarakat diberi pancing dan umpan serta diberi wewenang untuk menangkap ikan.

Selesainya tahap musyawarah antar desa prioritas ini otomatis juga membuat beban pikiran berkurang, tenaga bisa dipulihkan apalagi guna menyambut bulan suci ramadhan ini, tapi ada sedikit catatan tentang program, jujur kukatakan Program-Program seperti PNPM-MP ini sangatlah bagus dan merupakan wujud perhatian pemerintah pusat, tapi yang saya sayangkan kebijakan-kebijakan yang ada kadang-kadang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan, karena tolok ukur kebijakan adalah masyarakat Pulau Jawa dan keadaan geografisnya, serta sarana dan prasarana mobilitas yang ada disana. Pembuat kebijakan kurang memperhitungkan keadaan di pulau-pulau lain seperti Kalimantan, Sulawesi dan Papua yang tingkat pola pikir masyarakatnya jauh berbeda serta keadaan geografis yang serba sulit, sehingga Program tidak berjalan maksimal. Hal ini mungkin dikarenakan tidak maksimalnya survey lapangan, atau jangan-jangan dalam penyusunan draf cuma mengira-ngira saja keadaan di seluruh pelosok Indonesia sehingga biaya operasional bisa dipangkas?? Mudah-mudahan saja bukan itu alasannya.

2 comments:

humairaa said...

tetap semangat, yo... chaiyyo..! :)

adiarshavin said...

selagi kaka sudi untuk brkunjung, pasti semangat truss...

bdw kaka mengingatkan ku akan dewi soekarno hehehe